1.
KISAH UANG Rp 1.000 DAN Rp
100.000
Uang Rp 1.000 dan Rp 100.000 sama-sama
terbuat dari kertas, sama-sama dicetak dan diedarkan oleh Bank Indonesia
(BI). Ketika bersamaan mereka keluar dan berpisah dari Bank dan beredar di
masyarakat, 4 bulan kemudian mereka bertemu lagi secara tidak sengaja di dalam
dompet seorang pemuda.
Kemudian diantara kedua uang tersebut terjadilah percakapan: Yang Rp 100.000
bertanya kepada Rp 1.000, “Kenapa badan kamu begitu lusuh, kotor dan bau amis?”
Rp 1.000 menjawab, “Karena aku begitu keluar dari Bank langsung ditangan
orang-orang bawahan dari tukang becak, tukang sayur, penjual ikan dan ditangan
pengemis.”
Lalu Rp 1.000 bertanya balik kepada Rp
100.000, “Kenapa kamu kelihatan begitu baru, rapi dan masih bersih?”
Dijawabnya, “Karena begitu aku keluar dari Bank, langsung disambut perempuan
cantik, dan beredarnya pun di restoran mahal, di mall dan juga hotel-hotel
berbintang serta keberadaanku selalu dijaga dan jarang keluar dari dompet.”
Lalu Rp 1.000 bertanya lagi,
“Pernahkah engkau mampir di tempat ibadah?” Dijawablah, “Belum
pernah” Rp 1.000 pun berkata lagi, “Ketahuilah walaupun aku hanya Rp
1.000, tetapi aku selalu mampir di seluruh tempat ibadah, dan ditangan
anak-anak yatim piatu dan fakir miskin bahkan aku selalu bersyukur kepada
Tuhan. Aku tidak dipandang bukan sebuah nilai, tetapi adalah sebuah manfaat.”
Akhirnya menangislah Rp 100.000 karena merasa besar, hebat, tinggi tetapi tidak
begitu bermanfaat selama ini. Jadi bukan seberapa besar penghasilan kita,
tetapi seberapa bermanfaat penghasilan kita pakai untuk ke jalan yang
benar.
Karena
kekayaan bukanlah untuk kesombongan
2. Monyet Dan Angin
Seekor monyet sedang nangkring di
pucuk pohon kelapa. Dia tidak sadar kalo lagi diintip sama tiga angin gede.
Angin Topan, Tornado dan Bahorok. Tiga angin itu rupanya pada ngomongin siapa yang bisa paling cepet jatuhin si
monyet dari pohon kelapa.
Angin Topan bilang, dia cuma perlu waktu 45 detik.
Angin Tornado nggak mau kalah, 30 detik, katanya.
Angin Bahorok senyum ngeledek dan
bilang, 15 detik juga jatuh tuh monyet.
Akhirnya satu persatu ketiga angin itu maju. Angin TOPAN duluan, dia tiup
sekenceng-kencengnya, Wuuusss… Merasa ada angin gede datang, si monyet langsung
pegangan batang pohon kelapa. Dia pegang sekuat-kuatnya. Beberapa menit lewat,
nggak jatuh-jatuh tuh monyet. Angin Topan pun nyerah.
Giliran Angin TORNADO. Wuuusss…
Wuuusss… Dia tiup sekenceng-kencengnya. Ngga jatuh juga tuh monyet. Angin
Tornado jg nyerah.
Terakhir, Angin BAHOROK. Lebih kenceng
lagi dia tiup. Wuuuss… Wuuuss… Wuuuss… Si monyet malah makin kenceng
pegangannya. Nggak jatuh-jatuh.
Ketiga angin gede itu akhirnya
ngakuin, si monyet memang jagoan. Tangguh. Daya tahannya luar biasa. Tidak
lama, datang angin Sepoi-Sepoi. Dia bilang mau ikutan jatuhin si monyet.
Keinginan itu diketawain sama tiga angin lainnya. “Yang gede aja nggak bisa,
apalagi yang kecil.”
Nggak banyak omong, angin SEPOI-SEPOI langsung niup ubun-ubun si monyet.
Psssss… Enak banget. Adem, Seger, Riyep-riyep matanya si monyet. Nggak lama
ketiduran dia terus lepas lah pegangannya. Alhasil, jatuh deh tuh si
monyet.
Moral dari cerita ini
adalah: Guys, boleh jadi ketika kita Diuji dengan KESUSAHAN, dicoba
dengan Penderitaan, Didera Malapetaka, Kita kuat bahkan lebih kuat dari
sebelumnya. Tapi jika kita diuji dengan KENIKMATAN, KESENANGAN, KELIMPAHAN
PUJIAN, Disinilah kejatuhan itu terjadi. So, Jangan sampai kita terlena. Tetap
rendah hati dan rendah diri, ingat kita hanya hidup sementara di dunia
ini.
3. Sebelum sang ayah menghembuskan nafas
terakhir, dia memberi pesan kepada ke dua anaknya: "Anakku, dua pesan
penting yang ingin ayah sampaikan kepadamu untuk keberhasilan hidupmu, Pertama
: jangan pernah menagih piutang kepada siapapun. Kedua : jangan pernah tubuhmu
terkena terik matahari secara langsung"
5 tahun berlalu sang ibu menengok anak
sulungnya dengan kondisi bisnisnya yang sangat memprihatinkan, ibu pun bertanya
"Wahai anak sulungku, kenapa kondisi bisnismu demikian?" Si
sulung menjawab : "Saya mengikuti pesan ayah, bu. Saya di larang menagih
piutang ke siapa pun sehingga banyak piutang yang tidak di bayar dan lama-lama
habislah modal saya, pesan yang kedua ayah melarang saya terkena sinar matahari
secara langsung dan saya hanya punya sepeda motor, itulah sebabnya pergi dan
pulang kantor saya selalu naik taksi."
Kemudian sang ibu pergi ke tempat si
bungsu yang keadaannya berbeda jauh. Si bungsu sukses menjalankan
bisnisnya. Sang ibu pun bertanya "Wahai anak bungsuku kenapa hidupmu
sedemikian beruntung?" Si bungsu menjawab : "Ini karena saya mengikuti
pesan ayah, bu. Pesan yang pertama saya dilarang menagih piutang kepada
siapapun. Oleh karena itu saya tidak pernah memberikan utang kepada siapapun
sehingga modal saya tetap utuh. Pesan kedua saya dilarang terkena sinar
matahari secara langsung, maka dengan motor yang saya punya saya selalu
berangkat sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari terbenam,
sehingga para pelanggan tahu toko saya buka lebih pagi dan tutup lebih
sore."
Note : Si Sulung dan Si Bungsu
menerima pesan yang sama, namun masing-masing memiliki penafsiran dan sudut
pandang (Mindset) berbeda. Mereka melakukan cara yang berbeda sehingga
mendapatkan HASIL yang berbeda pula. Hati-hatilah dengan Mindset kita.
Mindset positif memberi hasil menakjubkan, sebaliknya mindset negatif memberikan
hasil menghancurkan.
Always think and do
POSITIVELY...!
4. Seorang anak kecil duduk diantara anak tangga
di sebuah bangunan dengan topi di kakinya.
Dia memegang sebuah papan yang
bertuliskan : "Aku buta, tolong aku." Saat itu hanya ada beberapa
koin saja di dalam topinya.
Kemudian seorang pria melintas di
depannya. Pria itu mengambil beberapa koin dalam kantongnya dan menaruhnya
ke dalam topi anak tersebut. Pria itu kemudian mengambil papan pada anak
kecil itu, membalikkan papan itu dan menulis sesuatu disana, lalu memberikannya
kembali dan berjalan meninggalkan anak kecil tersebut.
Sesaat kemudian begitu banyak orang
yang memberikan uang kepada anak kecil yang buta itu dan segera topi itu terisi
semakin penuh. Pada sore harinya pria yang mengganti tulisan di papan
tadi, melintas kembali untuk melihat perubahan apa yang terjadi.
Anak kecil itu mengenali suara langkah
kakinya dan bertanya, "Apakah kamu yang mengganti tulisan pada papanku
pagi hari ini? Apa yang kamu tulis?" Pria tersebut menjawab,
"Aku menulis apa yang kamu tulis, hanya saja dengan cara yang
berbeda. Aku menulis : Hari ini adalah hari yang indah, hanya saja aku
tidak bisa melihatnya." :)
Kedua kalimat tersebut memberi arti
yang sama bahwa anak kecil itu tidak bisa melihat karena ia buta. Kalimat
1 memberitahukan secara langsung bahwa anak kecil tersebut buta. Sedangkan
kalimat 2 memberitahukan bahwa anak itu mensyukuri hari ini walau ia tidak bisa
melihat indahnya, dan mereka sungguh beruntung bahwa mereka tidak buta.
Yang bisa kita petik dari cerita ini adalah Berpikir dengan cara yang
positif. Ketika hidup memberi kamu 100 alasan untuk menangis, tunjukkanlah
bahwa hidup juga memberi kamu 1.000 alasan untuk tersenyum. Bersyukurlah
atas apa yang kamu miliki.
5. Ada sepasang suami isteri, dimana sang isteri
adalah wanita yang sangat amat cantik tanpa cacat sedikit pun. Si suami begitu
sangat mencintai sang isteri, begitu juga isterinya. Di hari-hari itu,
sedang maraknya tersebar penyakit kulit yang akibatnya
merusak keindahan kulit & sang isteri merasa dirinya tertular.
Wajahnya pun mulai hancur digerogoti penyakit tersebut.
Pada saat itu sang suami sedang berada
di luar & belum mengetahui bahwa isterinya terserang penyakit kulit
tersebut. Dalam perjalanan pulang, sang suami mengalami kecelakaan yang
akibatnya suaminya menjadi buta. Dari hari ke hari, Sang isteri yang pada
mulanya bidadari berubah menjadi wanita yang amat jelek & menyeramkan namun
sang suami tak bisa melihat & kehidupan mereka pun berjalan seperti biasa,
penuh kasih sayang & cinta seperti awal mereka menikah.
Βerjalan 40 thn, sang isteri meninggal, sang suami sangat bersedih &
merasa
kehilangan sekali. Setelah pemakaman, sang suami adalah orang terakhir
yang keluar dari pemakaman sang isteri.
Ketika berjalan, datanglah seorang
menyapa, "Pak, bapak mau kemana?" Jawab sang suami, "Saya
mau pulang"
Мendengar jawaban tersebut, orang
tersebut bersedih dengan keadaan sang suami yang
buta & hidup sendiri. Lalu orang tersebut berkata, "Bukankah
bapak buta & selalu bergandengan dengan sang isteri? Gimana sekarang
bapak mau pulang sendiri?"
Jawab sang suami, "Sebenarnya
saya tidak buta, selama 40 thn saya hanya berpura-pura buta agar isteri saya
tidak minder atau rendah diri, walau saya mengetahui bahwa dia sakit &
wajahnya berubah menjadi menakutkan."