Jumat, 28 September 2012

Renungan


1. KISAH UANG Rp 1.000 DAN Rp 100.000 

Uang Rp 1.000 dan Rp 100.000 sama-sama terbuat dari kertas, sama-sama dicetak dan diedarkan oleh Bank Indonesia (BI). Ketika bersamaan mereka keluar dan berpisah dari Bank dan beredar di masyarakat, 4 bulan kemudian mereka bertemu lagi secara tidak sengaja di dalam dompet seorang pemuda. 

Kemudian diantara kedua uang tersebut terjadilah percakapan: Yang Rp 100.000 bertanya kepada Rp 1.000, “Kenapa badan kamu begitu lusuh, kotor dan bau amis?” Rp 1.000 menjawab, “Karena aku begitu keluar dari Bank langsung ditangan orang-orang bawahan dari tukang becak, tukang sayur, penjual ikan dan ditangan pengemis.” 

Lalu Rp 1.000 bertanya balik kepada Rp 100.000, “Kenapa kamu kelihatan begitu baru, rapi dan masih bersih?” Dijawabnya, “Karena begitu aku keluar dari Bank, langsung disambut perempuan cantik, dan beredarnya pun di restoran mahal, di mall dan juga hotel-hotel berbintang serta keberadaanku selalu dijaga dan jarang keluar dari dompet.”

Lalu Rp 1.000 bertanya lagi, “Pernahkah engkau mampir di tempat ibadah?” Dijawablah, “Belum pernah” Rp 1.000 pun berkata lagi, “Ketahuilah walaupun aku hanya Rp 1.000, tetapi aku selalu mampir di seluruh tempat ibadah, dan ditangan anak-anak yatim piatu dan fakir miskin bahkan aku selalu bersyukur kepada Tuhan. Aku tidak dipandang bukan sebuah nilai, tetapi adalah sebuah manfaat.”

Akhirnya menangislah Rp 100.000 karena merasa besar, hebat, tinggi tetapi tidak begitu bermanfaat selama ini. Jadi bukan seberapa besar penghasilan kita, tetapi seberapa bermanfaat penghasilan kita pakai untuk ke jalan yang benar. 
Karena kekayaan bukanlah untuk kesombongan

2. Monyet Dan Angin

Seekor monyet sedang nangkring di pucuk pohon kelapa. Dia tidak sadar kalo lagi diintip sama tiga angin gede. Angin Topan, Tornado dan Bahorok. Tiga angin itu rupanya pada ngomongin  siapa yang bisa paling cepet jatuhin si monyet dari pohon kelapa.

Angin Topan bilang, dia cuma perlu waktu 45 detik. 
Angin Tornado nggak mau kalah, 30 detik, katanya. 
Angin Bahorok senyum ngeledek dan bilang, 15 detik juga jatuh tuh monyet. 

Akhirnya satu persatu ketiga angin itu maju. Angin TOPAN duluan, dia tiup sekenceng-kencengnya, Wuuusss… Merasa ada angin gede datang, si monyet langsung pegangan batang pohon kelapa. Dia pegang sekuat-kuatnya. Beberapa menit lewat, nggak jatuh-jatuh tuh monyet. Angin Topan pun nyerah. 

Giliran Angin TORNADO. Wuuusss… Wuuusss… Dia tiup sekenceng-kencengnya. Ngga jatuh juga tuh monyet. Angin Tornado jg nyerah. 

Terakhir, Angin BAHOROK. Lebih kenceng lagi dia tiup. Wuuuss… Wuuuss… Wuuuss… Si monyet malah makin kenceng pegangannya. Nggak jatuh-jatuh. 

Ketiga angin gede itu akhirnya ngakuin, si monyet memang jagoan. Tangguh. Daya tahannya luar biasa. Tidak lama, datang angin Sepoi-Sepoi. Dia bilang mau ikutan jatuhin si monyet. Keinginan itu diketawain sama tiga angin lainnya. “Yang gede aja nggak bisa, apalagi yang kecil.”

Nggak banyak omong, angin SEPOI-SEPOI langsung niup ubun-ubun si monyet. Psssss… Enak banget. Adem, Seger, Riyep-riyep matanya si monyet. Nggak lama ketiduran dia terus lepas lah pegangannya. Alhasil, jatuh deh tuh si monyet. 

Moral dari cerita ini adalah: Guys, boleh jadi ketika kita Diuji dengan KESUSAHAN, dicoba dengan Penderitaan, Didera Malapetaka, Kita kuat bahkan lebih kuat dari sebelumnya. Tapi jika kita diuji dengan KENIKMATAN, KESENANGAN, KELIMPAHAN PUJIAN, Disinilah kejatuhan itu terjadi. So, Jangan sampai kita terlena. Tetap rendah hati dan rendah diri, ingat kita hanya hidup sementara di dunia ini. 


3. Sebelum sang ayah menghembuskan nafas terakhir, dia memberi pesan kepada ke dua anaknya: "Anakku, dua pesan penting yang ingin ayah sampaikan kepadamu untuk keberhasilan hidupmu, Pertama : jangan pernah menagih piutang kepada siapapun. Kedua : jangan pernah tubuhmu terkena terik matahari secara langsung" 

5 tahun berlalu sang ibu menengok anak sulungnya dengan kondisi bisnisnya yang sangat memprihatinkan, ibu pun bertanya "Wahai anak sulungku, kenapa kondisi bisnismu demikian?" Si sulung menjawab : "Saya mengikuti pesan ayah, bu. Saya di larang menagih piutang ke siapa pun sehingga banyak piutang yang tidak di bayar dan lama-lama habislah modal saya, pesan yang kedua ayah melarang saya terkena sinar matahari secara langsung dan saya hanya punya sepeda motor, itulah sebabnya pergi dan pulang kantor saya selalu naik taksi."

Kemudian sang ibu pergi ke tempat si bungsu yang keadaannya berbeda jauh. Si bungsu sukses menjalankan bisnisnya. Sang ibu pun bertanya "Wahai anak bungsuku kenapa hidupmu sedemikian beruntung?" Si bungsu menjawab : "Ini karena saya mengikuti pesan ayah, bu. Pesan yang pertama saya dilarang menagih piutang kepada siapapun. Oleh karena itu saya tidak pernah memberikan utang kepada siapapun sehingga modal saya tetap utuh. Pesan kedua saya dilarang terkena sinar matahari secara langsung, maka dengan motor yang saya punya saya selalu berangkat sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari terbenam, sehingga para pelanggan tahu toko saya buka lebih pagi dan tutup lebih sore." 

Note : Si Sulung dan Si Bungsu menerima pesan yang sama, namun masing-masing memiliki penafsiran dan sudut pandang (Mindset) berbeda. Mereka melakukan cara yang berbeda sehingga mendapatkan HASIL yang berbeda pula. Hati-hatilah dengan Mindset kita. Mindset positif memberi hasil menakjubkan, sebaliknya mindset negatif memberikan hasil menghancurkan.

Always think and do POSITIVELY...! 

4. Seorang anak kecil duduk diantara anak tangga di sebuah bangunan dengan topi di kakinya.

Dia memegang sebuah papan yang bertuliskan : "Aku buta, tolong aku." Saat itu hanya ada beberapa koin saja di dalam topinya. 

Kemudian seorang pria melintas di depannya. Pria itu mengambil beberapa koin dalam kantongnya dan menaruhnya ke dalam topi anak tersebut. Pria itu kemudian mengambil papan pada anak kecil itu, membalikkan papan itu dan menulis sesuatu disana, lalu memberikannya kembali dan berjalan meninggalkan anak kecil tersebut. 

Sesaat kemudian begitu banyak orang yang memberikan uang kepada anak kecil yang buta itu dan segera topi itu terisi semakin penuh. Pada sore harinya pria yang mengganti tulisan di papan tadi, melintas kembali untuk melihat perubahan apa yang terjadi. 

Anak kecil itu mengenali suara langkah kakinya dan bertanya, "Apakah kamu yang mengganti tulisan pada papanku pagi hari ini? Apa yang kamu tulis?" Pria tersebut menjawab, "Aku menulis apa yang kamu tulis, hanya saja dengan cara yang berbeda. Aku menulis : Hari ini adalah hari yang indah, hanya saja aku tidak bisa melihatnya." :)
Kedua kalimat tersebut memberi arti yang sama bahwa anak kecil itu tidak bisa melihat karena ia buta. Kalimat 1 memberitahukan secara langsung bahwa anak kecil tersebut buta. Sedangkan kalimat 2 memberitahukan bahwa anak itu mensyukuri hari ini walau ia tidak bisa melihat indahnya, dan mereka sungguh beruntung bahwa mereka tidak buta. 

Yang bisa kita petik dari cerita ini adalah Berpikir dengan cara yang positif. Ketika hidup memberi kamu 100 alasan untuk menangis, tunjukkanlah bahwa hidup juga memberi kamu 1.000 alasan untuk tersenyum. Bersyukurlah atas apa yang kamu miliki. 

5. Ada sepasang suami isteri, dimana sang isteri adalah wanita yang sangat amat cantik tanpa cacat sedikit pun. Si suami begitu sangat mencintai sang isteri, begitu juga isterinya. Di hari-hari itu, sedang maraknya tersebar penyakit kulit yang akibatnya merusak keindahan kulit & sang isteri merasa dirinya tertular. Wajahnya pun mulai hancur digerogoti penyakit tersebut.

Pada saat itu sang suami sedang berada di luar & belum mengetahui bahwa isterinya terserang penyakit kulit tersebut. Dalam perjalanan pulang, sang suami mengalami kecelakaan yang akibatnya suaminya menjadi buta. Dari hari ke hari, Sang isteri yang pada mulanya bidadari berubah menjadi wanita yang amat jelek & menyeramkan namun sang suami tak bisa melihat & kehidupan mereka pun berjalan seperti biasa, penuh kasih sayang & cinta seperti awal mereka menikah.

Βerjalan 40 thn, sang isteri meninggal, sang suami sangat bersedih & merasa
kehilangan sekali. Setelah pemakaman, sang suami adalah orang terakhir yang keluar dari pemakaman sang isteri. 

Ketika berjalan, datanglah seorang menyapa, "Pak, bapak mau kemana?" Jawab sang suami, "Saya mau pulang" 

Мendengar jawaban tersebut, orang tersebut bersedih dengan keadaan sang suami yang
buta & hidup sendiri. Lalu orang tersebut berkata, "Bukankah bapak buta & selalu bergandengan dengan sang isteri? Gimana sekarang bapak mau pulang sendiri?" 

Jawab sang suami, "Sebenarnya saya tidak buta, selama 40 thn saya hanya berpura-pura buta agar isteri saya tidak minder atau rendah diri, walau saya mengetahui bahwa dia sakit & wajahnya berubah menjadi menakutkan."

0 komentar:

Posting Komentar